Jumat, 12 Januari 2018

Konsistensi

Akhir-akhir ini aku kehilangan minat untuk menulis blog. Kalau pun posting, cuma shitposting yang isinya hanya beberapa kalimat dan gambar gak jelas seperti postingan status random di Facebook/Instagram. Apa mungkin aku terlalu asik dengan Facebook/Instagram sehingga ketika ada sesuatu kejadian yang tidak beres, aku tidak menyimpan dan memproses ide-ide itu dulu di otakku dulu, tapi malah langsung membual dalam bentuk status? 

Belum lagi aku melanggar aturan yang sudah kubuat bertahun-tahun untuk tidak punya akun Facebook dan Instagram karena aku punya ketakutan tersendiri dengan masalah privasi. Setelah kutengok ke belakang, aku melanggar aturan ini sejak 2 tahun lalu untuk Facebook dan setahun yang lalu untuk Instagram. Tak seperti tahun-tahun yang dulu ketika gak ada FB dan IG, dulu aku justru lebih banyak bikin postingan di blog dan lebih banyak introspeksi diri sendiri. Aku mau bisa berhenti main Facebook dan Instagram, cuma media sosial dengan kecepatan informasi yang super cepat (apalagi Instagram, sumber informasi kehidupan orang lain dari instastory-nya tak bisa terelakkan) dan hal-hal lucu di dalamnya (seperti video-video kucing dan anjing yang lucu, serius, aku gak bisa berhenti nontonin video makhluk-makhluk itu walaupun mereka cuma guling-guling gak jelas) menjadi magnet yang cukup susah untuk dihempaskan. 

Harusnya sih, harusnya... apa yang sedang terjadi belakangan ini lebih baik kalau aku jadikan suatu refleksi diri, memikirkannya secara masak, dan menuangkan dalam tulisan di blog. Aku udah berulang kali non-aktifkan Facebook dan Instagram, cuma apa daya, kepo di dada ini terlalu menggelitik dan mengganggu. Semacam gatel, tapi belum ketemu obat gatelnya.

Aku gak mau dong terus-terusanan kayak gini. Jujur, apa yang aku lakuin dengan medsos itu dilihat dari sudut pandang warasku terlalu banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. So, aku cari semacam aplikasi media sosial pengganti yang lebih bermanfaat dan mungkin saja bisa menjadi obat gatal akibat medsos. Pencarianku berujung pada aplikasi android yang bernama Wakie. Bisa dibilang aplikasi ini keren, kamu bisa buat topik diskusi apapun di beranda, dan jutaan orang di seluruh dunia bisa merespon, selain itu kamu juga bisa voice call dengan strangers dari belahan dunia manapun. Kabar baiknya, it's all in English. Bagus banget buatku karena salah satu goals-ku adalah improve bahasa Inggris. Jadi, apakah aplikasi ini berhasil bekerja dengan baik untukku?

Belum.

Sudah hampir 2 minggu aplikasi ini nangkring di smartphone, tapi aku masih saja buka-tutup akun Facebook dan Instagram. Aku gak bilang kalau aku kecanduan media sosial internet, cuma, waktu yang aku habiskan buat nontonin status dan Instasory orang itu lebih layak untuk dialokasikan ke hal yang lebih bermanfaat. Paling enggak nulis di blog kek, kalaupun lagi sumpek banget sama skripsi.

Gak semuanya yang di Facebook dan Instagram itu jelek, banyak hal bagus dari itu, tapi untuk sekarang kayaknya aku ingin skip main medsos-medsos. Pelan-pelan dulu kali ya, nanti juga udah muak sendiri.

2 komentar:

No provoking other commenters, insulting, using offensive words, spamming, copycat my post, lying about something, judging me by the way I talk, slander and be dramatic here. Thank you for your attention!