Senin, 14 Februari 2022

Terhempas Omicron

Sejak pertama kali COVID-19 masuk ke Indonesia aku berhasil melewati gelombang pertama dan kedua. Sayangnya tidak untuk gelombang ketiga. Mungkin emang udah takdirnya akhirnya aku terinveksi COVID-19 varian Omicron. Setelah mengetahui aku terinveksi, mau tidak mau akhirnya aku harus menunda ujian kualifikasi lisanku.

Kejadian bermula saat seorang teman kosan yang mengalami gejala COVID-19 dinyatakan reaktif berdasarkan test antigen di klinik IPB. Saat itu kondisi asrama isolasi di IPB masih penuh sehingga terpaksa temanku harus isolasi di kosan selama sehari sembari menunggu ruangan di asrama IPB kosong. Entah bagaimana akhirnya virus menyebar ke penghuni kosan yang lain. Aku merasakan gejala pada hari Minggu di mana aku mengalami demam tinggi pada sore menjelang malam. Esoknya, aku dan dua orang teman kosanku yang lain memutuskan ke klinik IPB untuk melakukan swab test antigen. Seorang temanku dinyatakan reaktif, sedangkan aku dan Sulis masih non reaktif. Kami hanya diberikan obat saja. Ternyata kondisiku malah semakin memburuk. Malamnya badanku demam hingga mencapai 39 derajat celcius. Hal tersebut berlangsung sampai hari Selasa malam. Aku dan Sulis memutuskan untuk swab antigen kembali karena muncul gejala baru yaitu batuk-batuk. Sampai di klinik setelah di-swab, akhirnya munculah hasil yang menyatakan kami berdua reaktif dan langsung mendaftarkan diri untuk isolasi di asrama IPB.

Hingga saat ini aku sudah menjalani isolasi hari ke-6. Isolasi dilakukan selama 10 hari. Hari ke-6 ini aku sudah tidak mengalami demam, sakit tenggorokan, ataupun pilek. Hanya kondisi badan yang agak lemas dan ingin tidur terus menerus. Semakin hari kurasa semakin membaik. Semoga setelah isolasi ini aku bisa segera fokus untuk ujian prelim tulisku dan menyelesaikan target semester ini yaitu Kolokium Disertasi.