Rabu, 17 Agustus 2016

Gerimis

Gerimis mulai turun. Biasanya aku suka hujan. Tapi malam ini tidak.

The less you care, the less you get hurt. Omongan ini emang bener. Semakin kamu peduli sama seseorang, sakit hati yang yang mungkin muncul karena orang yang kamu peduliin impact-nya makin besar. Makin sakit, makin nusuk.

Orang lain acuh sama kamu, ya kamu bisa bodo amat. Tapi ketika ini dilakuin sama orang yang kamu sayang, rasa acuh yang cuma sedikit, sedikiiit banget, rasanya bisa begitu sakit.

Sakit hati bisa jadi penyakit yang paling menyakitkan. Kamu jatoh, berdarah-darah, mungkin kamu masih bisa ketawa-tawa dan gak ada tangis yang menyertai. But it's different when someone hurt your heart. Sedikit luka di hati. Luka yang gak nyata, yang secara fisik gak kedeteksi, bisa bikin kacau, linglung, gak jelas, pikiran ke mana-mana, dan mungkin ada air mata.

Aku jadi kepikiran sama orang yang nekat bunuh diri karena patah hati. Bisa dibilang goblok, gak rasional. Tapi hari ini aku sedikit memahami bahwa rasa sakit karena patah hati itu bisa sangat menyakitkan. Seberapa banyakpun oksigen yang kamu hirup, sesak di dada itu tetap ada. Seberapa banyakpun tidur yang kamu lewati, kamu akan terbangun dengan mimpi buruk yang sama. Sakit, sakit yang benar-benar nyata.

Tapi entah mengapa, walaupun kamu udah sering disakiti oleh orang yang kamu sayangi, kamu tetap sulit untuk berhenti menyayanginya kan? Well, semacam candu?

Souce on pict

Hujan turun. Udara basah dan badanku mulai dingin. Tapi gak tahu kenapa mataku justru panas dan sembab.

Kamis, 04 Agustus 2016

Khilaf

Sudah lama nggak nulis blog, nih.

Semester 4 benar-benar menyita sebagian besar waktu. Saking sibuknya dengan laporan, tugas, praktikum, jadi hanya punya sedikit waktu luang. Waktu luang yang sedikit yaa dimaksimalkan untuk istirahat. Kalau dibandingkan dengan semeter 3, semester 4 justru laporannya lebih gila-gilaan. Materi yang dipelajari lebih spesifik, dosennya lebih ‘wow’ dan tugasnya juga suka dadakan. Yah mungkin karena udah terlatih ditempa dengan Bantex laporan Oseanografi Fisika di semester 3 jadi ngejalaninya fine aja. 

Dan tidak terasaa...

Syyuudah Idul fitri lagi aja nih! Yeay!

Mohon maaf lahir dan batin (sumber)
Kebetulan lebaran tahun ini bertepatan dengan libur akhir semester. Puas-puasin deh malas-malasan di rumah. Hahaha. Apalagi kalau lebaran, wah, momennya khilaf-khilafan. Selain maaf-maafan atas kekhilafan selama setahun ke temen-temen dan sanak saudara, juga jadi momen khilaf makan karena banyak makanan di rumah. Biasalah, anak kosan. Mana bisa makan gratis sebebasnya kalau di tanah rantau? Yoomaan.

Ngomong-ngomong tentang khilaf, jadi flashback ke kejadian beberapa waktu lalu seusai lebaran. Karena memang momennya pas banget antara libur kuliah dan lebaran, beberapa temen SMA ngajakin buat ketemuan Setelah janjian via chat, akhirnya kita nentuin buat ketemuan di salah satu mall di kotaku.

Pas di lokasi, setelah full team, kita agendain buat nonton film di bioskop dulu. Setelah dua jam berlalu, perut mulai keroncongan dan kita putusin buat makan di food counter. Sambil makan kita ngobrol ngalor-ngidul. Ngobrol.. ngobrol... ngobrol... Salah seorang temen nyeletuk, "Eh tahu gak kalau si X hamil?"

Jeng... jeng.. jeng...

Shock. Kaget. Ohmaigat.

Hamil? Sama siapa? Kapan? Gimana? Si X temen SMA yang satu kelas sama aku itu?
Berbagai macam pertanyaan langsung aku lontarin. Kaget, jelas kaget banget. Aku tahu bener siapa si X ini. Dia ini bukan tipe cewek nakal, yang bitchy ataupun cewek yang suka gonta-ganti cowok. Aku gak habis pikir sama apa yang terjadi. Setelah dengerin cerita temen-temenku dengan seksama, akhirnya terjabarkanlah kisah lengkapnya.

Si X ini punya pacar, dan dia sering bawa cowoknya ini ke kostan. Entahlah gimana sistem keamanan di kostan ini. Sebenernya kostannya itu kost-kostan cewek, tapi cowok bisa keluar masuk bebas gitu. Sering banget si X bawa pacarnya main ke kostan. Cowok dan cewek berdua doang di kamar kostan yang nyaman dengan kasur dan bantal yang empuk, kemungkinan apa yang akan terjadi? Mungkin mereka akan main dokter-dokteran, atau kuda-kudaan. Well, no. Mereka berdua khilaf.

Khilaf yang berujung pada tanggung jawab berat.

Si X hamil dan mereka berdua terpaksa dinikahkan oleh orang tuanya.

Yang ada dalam pikiranku saat itu membayangkan hal itu terjadi pada mereka, berat, pasti berat. Betapa berat tanggung jawab yang mereka pikul. Apalagi bagi si X, dia cewek, dia yang hamil. Sama sekali gak ada pikiran untuk nge-judge, 'salah sendiri main gak pakai pengaman' atau 'sukurin mau enaknya dulu'.

Karena aku tahu, mereka berdua bukan anak nakal. Bukan anak alay gak jelas. Apalagi si temenku X ini. Aku kenal sama dia. Dia temen sekelasku ketika SMA. Cewek manis yang rajin, supel, baik, patuh sama orang tuanya. Gak neko-neko istilahnya. Dia juga bukan cewek yang gampang dibegoin, dia cewek cerdas dan berani.


Tapi ya gitu... Mereka berdua manusia biasa. Mereka bisa khilaf. Tapi bukan berarti kita bisa menggunakan kata khilaf seenaknya, karena beberapa kesalahan diambil dengan keputusan yang sadar. Harus ada bentuk tanggung jawab yang mereka lakukan atas kesalahan yang mereka. Pada akhirnya mereka berdua bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Walaupun hal itu bukan menjadi apa yang orang tua mereka harapkan demi masa depan mereka.

Kamis, 28 April 2016

Setiap Hari di Semester 4

Semenjak masuk semester 4 aku jadi jarang banget ngepost dan punya waktu buat ngeblog. Sesekali buka blog cuma buat nge-check komentar masuk atau post dari beauty blog yang aku follow. Yaa mau gimana lagi, waktu yang aku butuhkan untuk ngetik satu post itu bisa aku pakai buat ngerjain pembahasan laporan satu halaman.
Segini tebelnya bisa buat gampar kepala orang -_-
Ngulang-ngulang perhitungan yang sama sampe punggung bergelombang

Yaaa, seperti itulah hari-hariku. Sibuk ngerjakan laporan. Aku ngetik ini dalam keadaan baru beres evaluasi praktikum, nungguin dibolehin pulang sama asisten. Nanti malam juga masih ada deadline laporan yang menunggu. Mau gimana lagi? Kata senior sih, 'nikmatin aja'. Mereka bilang gitu karena semester 5 nanti bakal gabut dan justru bingung mau ngapain. Efek aftershock, yang sebelumnya super hectic tiba-tiba sepi deadline. Gitu sih kata mereka.

Jadi, untuk saat ini satu-satunya jalan yang harus ditempuh yaa 'nikmatin aja'.

Minggu, 06 Maret 2016

Lucu, kan?

Sumber

TAUK AH!

Sumber gak tahu dari mana pokoknya nemu aja di Google

Yang ini yang itu gak beres, moodku benar-benar jelek. Gak bisa mikir bener.
Kenapa sih aku ini?

Rabu, 10 Februari 2016

Aku Sedang Gak Jelas

Source
Bulan Juni memang saat paling panas di Pulau Ujong. Sambil menatap ke sekeliling, kuteguk tetesan terakhir Pokariswet-ku. Aaahh, benar-benar negara kota yang damai dan teratur. Tampak beberapa petugas sedang bertugas. Meskipun cuaca sangat panas, wisatawan tetap membanjiri wilayah ini.

Kulihat diujung sana seorang wanita bersama anaknya tampak hendak berfoto di depan patung singa. Hihihi, betapa lucunya tingkah gadis kecil itu. Sang Ayah yang memfoto mereka mulai menghitung mundur "satu.. Dua... Ti..."

Bruuk!

Tiba- tiba pria itu jatuh sambil memegangi bagian dadanya, nafasnya tersengal-sengal...
"uuufftgghhh... To..loo..ngg"

Istri pria itu menjerit dan berteriak minta tolong sedangkan wajah si gadis kecil tampak kebingungan. Beberapa orang tampak ingin mendekat tetapi terlihat agak ragu. Kujatuhkan botol minumku dan segera kuberlari menuju pria itu. Namun belum sampai aku berada cukup dekat dengan mereka, seorang petugas datang dan dengan cekatan menolong pria itu.

"Fyuuh, untunglah!", kataku penuh rasa syukur. Tiba-tiba ada seorang lagi petugas mendatangiku. Ia berkata, "Tuan, silakan ikut saya."

Aku tertegun, ada apa ini? Sejenak kupandang petugas itu dengan agak bingung. Kemudian tersadarlah diriku...
"Ooh..", ucapku dengan lirih. Dalam hati dengan agak sedih aku hanya bisa berkata, 'aku rapopo, hiks'.


-Ummu Jeruk

Jumat, 29 Januari 2016

I Dunno

Source

Terkadang kita tidak memerlukan penjelasan dari orang lain. Kadangkala, justru 'penjelasan' dari kita untuk kita sendirilah yang menentramkan hati.
Terkadang, kita tidak memerlukan argumen orang lain. Kadangkala, justru argumen dari kita untuk kita sendirilah yang dibutuhkan untuk membuat damai hati.
-- Tere Liye --