My Neverland
Senin, 01 Januari 2024
Semester Delapan
Minggu, 18 Juni 2023
Tidak Semua Patah Hati itu Sama
Hari ini hari Minggu dan Dramaga sedang hujan deras.
Untuk kedua kalinya aku mengalami patah hati yang membuatku menangis seharian sampai sesak di dada. Kejadiannya sudah beberapa waktu yang lalu, sekarang aku baik-baik saja. Dulu ketika aku memutuskan hubunganku dengan seseorang, aku bersedih namun aku melepaskannya dengan perasaan yang ikhlas dan berharap kami bisa berjalan di jalan masing-masing karena memang sudah tidak sejalan lagi.
Patah hati yang kedua ini rasanya berbeda.
Penuh kemarahan dan rasa dendam. Ya, itulah yang aku rasakan sebelum aku konsultasi ke psikolog.
Aku marah dan merasa bahwa semua usahaku untuk mempertahankan hubunganku saat itu sia-sia. Aku dendam kepada orang-orang yang seharusnya tidak ikut campur dalam hubunganku menyusupi pikiran pacarku saat itu. Siapa sih mereka? Tahu apa sih mereka?
Saat itu aku juga marah pada diriku sendiri, aku tidak suka dengan perasaan yang menyelimuti diriku, perasaan ingin balas dendam, perasaan ingin mendoakan orang-orang itu dengan doa-doa terburuk yang bisa kupanjatkan. Malam takbir Idul Fitri aku menangis, bukan karena rindu atau ingin kembali kepada mantanku tapi rasa kesal karena perasaan dendam dan marah itu tak kunjung hilang padahal esok adalah hari Idul Fitri yang oleh orang-orang diartikan sebagai hari untuk 'kembali suci', hari untuk 'saling memaafkan'. Tapi aku sulit, sulit sekali untuk memaafkan malam itu.
Aku bersyukur pikiran warasku saat itu langsung menyuruhku untuk segera konsultasi ke psikolog. Hanya dengan cara itulah aku bisa menjernihkan pikiran dan berlatih memaafkan sehingga aku bisa fokus ke masa depanku, fokus ke disertasiku.
Senin, 06 Februari 2023
Sisa Tanggungan
Minggu, 25 September 2022
Side Job selain Jadi Mahasiswa Doktor
Senin, 14 Februari 2022
Terhempas Omicron
Sejak pertama kali COVID-19 masuk ke Indonesia aku berhasil melewati gelombang pertama dan kedua. Sayangnya tidak untuk gelombang ketiga. Mungkin emang udah takdirnya akhirnya aku terinveksi COVID-19 varian Omicron. Setelah mengetahui aku terinveksi, mau tidak mau akhirnya aku harus menunda ujian kualifikasi lisanku.
Kejadian bermula saat seorang teman kosan yang mengalami gejala COVID-19 dinyatakan reaktif berdasarkan test antigen di klinik IPB. Saat itu kondisi asrama isolasi di IPB masih penuh sehingga terpaksa temanku harus isolasi di kosan selama sehari sembari menunggu ruangan di asrama IPB kosong. Entah bagaimana akhirnya virus menyebar ke penghuni kosan yang lain. Aku merasakan gejala pada hari Minggu di mana aku mengalami demam tinggi pada sore menjelang malam. Esoknya, aku dan dua orang teman kosanku yang lain memutuskan ke klinik IPB untuk melakukan swab test antigen. Seorang temanku dinyatakan reaktif, sedangkan aku dan Sulis masih non reaktif. Kami hanya diberikan obat saja. Ternyata kondisiku malah semakin memburuk. Malamnya badanku demam hingga mencapai 39 derajat celcius. Hal tersebut berlangsung sampai hari Selasa malam. Aku dan Sulis memutuskan untuk swab antigen kembali karena muncul gejala baru yaitu batuk-batuk. Sampai di klinik setelah di-swab, akhirnya munculah hasil yang menyatakan kami berdua reaktif dan langsung mendaftarkan diri untuk isolasi di asrama IPB.
Hingga saat ini aku sudah menjalani isolasi hari ke-6. Isolasi dilakukan selama 10 hari. Hari ke-6 ini aku sudah tidak mengalami demam, sakit tenggorokan, ataupun pilek. Hanya kondisi badan yang agak lemas dan ingin tidur terus menerus. Semakin hari kurasa semakin membaik. Semoga setelah isolasi ini aku bisa segera fokus untuk ujian prelim tulisku dan menyelesaikan target semester ini yaitu Kolokium Disertasi.